l3hmab.blogspot.com
Wonderfull of Costume
29/10/2021
27/10/2021
PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN
Abstract
One of the assets of various Indonesian cultures is traditional costumes. In South Sulawesi, there are ethnic groups such as the Bugis, Makassar, Mandar and Tator. One of the traditional costumes in Bugis, Makassar and Mandar is a Bodo costume.
This costume consists of a sheet of rectangle material folded into two and has an opening in the neck part. This shirt is worn along with a silk or ordinarily woven sarong, and made of pineapple fibers.
To describe and analyze the Comparison of Bodo Traditional Costume from South Sulawesi, cultural, aesthetic, and comparative approach is employed.
This research employs a qualitative method. Data collection was undertaken through literature review, observation, interview, and documentation.
The result obtained is the description of aesthetic characteristics of Bodo traditional costume (its functions and structure), and comparison of Bodo costume of Bugis,Makassar, and Mandar.
PENGANTAR
Salah satu kebudayaan Sulawesi Selatan yang bersifat tradisional dan memiliki keistimewaan tersendiri adalah busana adat. Di Sulawesi Selatan terdapat empat suku bangsa,yaitu suku Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja (Tator).
Pakaian adat baju Bodo suku Bugis, Makassar, dan Mandar dipakai pada upacara-upacara adat. Bentuk dasar baju Bodo pada umumnya sama, yaitu persegi panjang, yang membedakan hanya panjang baju. Panjang baju disesuaikan dengan tingkat umur pemakainya.
Sarung ditenun dari benang-benang serat sutera alam atau benang tenun biasa. Corak-corak yang dipakai untuk menghiasi sarung ini termasuk kotak-kotak miring yang halus atau kasar. Sarung ini dapat diperoleh dengan kualitas benang yang bermacam-macam tebalnya, sarung yang halus dapat dimasukkan kedalam sebuah botol yang kecil. Sarung-sarung tersebut biasanya dihiasi dengan benang emas. Selain menggunakan kain sutera, dapat juga memakai kain tafetta,kain brocade satin yang tebal dengan dihiasi bundaran-bundaran kecil berwarna emas atau yang berwarna lain.
TINJAUAN PUSTAKA
Busana dikembangkan manusia bukan semata-mata terdorong kebutuhan biologis untuk melindungi tubuh, tetapi juga terdorong oleh kebutuhan budaya. Seandainya budaya itu dikembangkan oleh manusia hanya terdorong oleh kebutuhan biologis saja maka wujud dan ragamnya tidak sebanyak sekarang ini. Busana juga dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan budaya, adat istiadat serta pandangan hidup yang beragam.
Busana tradisional dapat menunjukkan tingkatan budaya masyarakat diwilayah tertentu. Busana adat hanya dipakai pada hari-hari tertentu atau upacara-upacara adat, karena umumnya kurang praktis, seperti yang dikemukakan Soekanto, (1975:250): “….., orang-orang Indonesia dewasa ini, pada umumnya memakai pakaian yang bercorak Barat,….. karena lebih praktis. Jarang yang memakai pakaian tradisional, kecuali pada kesempatan-kesempatan tertentu”.
Busana tidak dapat melepaskan diri dari estetika, karena manusia pada umumnya senang melihat sesuatu yang serasi dan indah. Untuk berpenampilan serasi dan indah dibutuhkan penerapan nilai-nilai estetis dalam berbusana. Menurut Sachari, Budaya Rupa, 2005: 119 bahwa: Pendekatan estetik dapat dilakukan atas dua sisi, (1) Pendekatan melalui filsafat seni dan (2) Pendekatan melalui kritik seni. Dalam kajian filsafat seni, objek desain dapat diamati sebagai sesuatu yang mengandung makna simbolik, makna sosial, makna budaya,makna keindahan, makna ekonomi, makna penyadaran,ataupun makna religius. Sedangkan dalam kajian kritik seni,objek amatan cenderung diamati sebagai objek yang mengandung dimensi kritis, seperti dinamika gaya, teknik pengungkapan, tema berkarya, ideologi estetik, pengaruh terhadap gaya hidup, hubungan dengan perilaku, dan berbagai hal yang sementara ini memiliki dampak terhadap lingkungannya.
Baju Bodo (baju pendek) adalah penamaan Makassar,dalam bahasa Bugis disebut Waju Ponco. Pengertian dari baju pendek adalah lengan baju yang setali dengan bagian badan dan berlengan pendek, pada bawah lengan biasanya dililit dengan sima taiya, sehingga membentuk lengan baju yang berkembang. Baju Bodo disebut juga dengan baju tokko,karena sebelum dipakai harus ditokko (dikanji kemudian dibentuk). Panjang baju Bodo yang ada di Sulawesi Selatan dibedakan menjadi: (1) Baju Bodo pendek sampai pinggang,dipakai oleh gadis remaja, penari-penari, dan juga oleh pengantin perempuan; (2) Baju Bodo panjang sampai dibawah betis umumnya dipakai oleh orang dewasa.
Serat-serat nenas merupakan bahan utama membuat baju Bodo. Baju Bodo dicuci tersendiri, tidak disikat dan tidak boleh dicuci dengan mesin cuci. Warna yang dipilih adalah warna terang. Warna baju Bodo mencermingkan status sosial dalam masyarakat, untuk kalangan bangsawan warna hijau,orang tua warna hitam, gadis remaja warna merah, khusus baju Bodo warna putih untuk inang pengasuh, dipakai di lingkungan kerajaan, bahannya terbuat dari kapas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terkait dengan masalah kebudayaan dan estetika tentang pakaian adat baju Bodo. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa “Perbandingan Pakaian Adat Baju Bodo Sulawesi Selatan”, menggunakan pendekatan kebudayaan, estetika dan komparatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dinyatakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dalam perilaku yang dapat diamati.Pengumpulkan data dilakukan dengan kajian pustaka, observasi/wawancara langsung dan dokumentasi.Analisa data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data, yaitu sesuai dengan teknik analisa data mengalir. Teknik analisa digunakan untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti. Moleong berpendapat bahwa pada tahap pengumpulan data, analisa data hendaknya langsung dimulai karena integrasi teori akan mulai terjadi dengan sendirinya.
Dalam penelitian kualitatif digunakan model analisa interaktif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dibagi atas tiga komponen yang saling terkait dan berinteraksi satu dengan yang lainnya.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Pakaian Adat Baju Bodo Sulawesi Selatan Pakaian adat baju Bodo yaitu dari sehelai bahan berbentuk persegi panjang yang dilipat dua pada bagian bahu.Lebar baju Bodo diukur dari siku tangan kiri sampai siku tangan kanan direntangkan setinggi bahu. Untuk membuat leher (lubang), diukur kira-kira 5 cm dari batas lipatan mulai dibuat lubang memanjang kearah bawah kira-kira 15 cm. Pada bagian pinggiran lubang leher, diselesaikan dengan stikan kecil dengan mesin. Pada kedua sisi samping dihubungkan lalu dijahit ke atas dengan menyisahkan kira-kira 10 cm dibawahnya sebagai tempat untuk memasukkan bambu atau kayu saat dicuci atau mattokko. Pada bagian atas juga disisahkan kira-kira 20 cm untuk dijadikan lubang lengan.Untuk lebih jelasnya deskripsi bentuk pakaian adat baju Bodo suku Bugis, Makassar, dan Mandar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Suku Mandar memakai baju dipadankan dengan sarung berwarna hitam atau putih. Ciri khas sarung Mandar adalah motif kotak-kotak dan terdapat hiasan warna emas pada garis-garisnya.
Perhiasan berupa: Kalung emas panjang, anting(liontin) atau giwang (medalion besar), gelang besar yang dipakai masing-masing lima buah ditangan kanan-kiri. Pada bagian pinggang, setelah mengencangkan lilitan sarung dengan tali kain, kemudian ditutup dengan pending dari logam berwarna emas. Alas kaki berupa selop atau sepatu pantovel berwarna hitam.
Persamaan dan Perbedaan Pakaian Adat Baju Bodo Suku Bugis-Makassar-MandarbBaju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis, Makassar,dan Mandar. Persamaan pakaian adat baju Bodo adalah sama menggunakan bahan dari serat nenas dan dikenakan bersama dengan sarung.
Bahan baju suku Bugis dan Makassar yaitu bahan yang tipis sedangkan dari suku Mandar bahannya tebal. Menurut jenisnya, panjang baju Bodo yang ada di Makassar dan Bugis sama menunjukkan status si pemakai, begitupula dengan warna baju Bodo. Sedangkan suku Mandar panjang baju sebatas panggul. Hiasan pada baju Bodo suku Bugis dan Makassar yaitu adanya sejenis pita pada sekeliling pinggiran baju biasa disebut dengan pattenre, sedangkan hiasan pada baju Bodo suku Mandar adalah penambahan kepingan-kepingan logam warna emas di pinggiran dan permukaan baju. Panjang lengan baju Bodo suku Bugis dan Makassar adalah pendek, sedangkan panjang lengan baju Bodo suku Mandar tiga perempat.
Model sanggul suku Makassar agak besar dalam bahasa Bugis disebut simpolong tettong, dihiasi dengan pinang goyang. Bagi masyarakat suku Bugis sanggul letaknya agak dibawah dihiasi dengan kuntum bunga-bunga, memakai bando di kepala berbentuk setengah lingkaran. Untuk perempuan Mandar model sanggul letaknya agak rendah, dihiasi sanggul emas dan kembang goyang. Bagian pelipis kanan diselipkan serangkaian kembang goyang berwarna emas, sederet bunga serampa dan bunga seruni sanggul.
Pasangan baju Bodo yang dipakai perempuan Bugis,Makassar, dan Mandar adalah sama menggunakan sarung.
Sarung terbuat dari benang biasa (lipa garusuk) atau benang sutera (lipa sabbe), yang membedakan adalah dari corak dan warna sarung. Corak sarung Bugis yaitu garis besar-besar,warna terang atau cerah. Corak sarung Makassar yaitu motif kecil (corak caddi), warna sarung hitam, coklat tua, atau birutua. Ciri khas sarung Mandar, yaitu motif kotak-kotak besar dan kecil, warna hitam dan putih dihiasi pita emas pada garis-garis sarung.
Perhiasan suku Bugis, Makassar, dan Mandar adalah sama terbuat dari kepingan-kepingan emas yang dicetak. Suku Bugis memakai kalung berantai (geno ma’bule), anting panjang (bangkarak), penutup tangan lebarnya kira-kira 13cm, gelang pangkal lengan (sima taiya), dan peniti (pattoddo).
Suku Makassar memakai tiga kalung, yaitu kalung berantai(geno ma`bule), kalung panjang (rantekote), dan kalung besar(geno sibatu). Untuk suku Mandar menggunakan satu buah kalung panjang, anting (liontin) atau giwang (medalion besar), gelang berukuran besar dipakai pada tangan kiri-kanan masing-masing lima buah.
Cara memakai baju dan sarung suku Bugis dan Makassar adalah pada bagian pinggang sebelah kiri dibuat lipit, sebahagian baju dibiarkan keluar membentuk gelembung pada bagian belakang. Cara memakai baju Bodo dan sarung suku Mandar adalah baju dibiarkan keluar, sarung membentuk lipit kipas diletakkan pada bagian belakang. Alas kaki yang dipakai sama yaitu selop atau pantovel. Suku Bugis dan Makassar alas kaki biasanya warna emas, untuk masyarakat Mandar menggunakan warna hitam.
Untuk lebih jelasnya Analisa komparatif pakaian adat baju Bodo corak sarung, dan asesoris dapat dilihat pada Tabel 2 , Tabel 3, dan Tabel 4 berikut: